Mei 04, 2008

Akhirnya nulis lagi...


Judul diatas adalah judul film tentang seekor gajah di hutan yang peduli pada sebuah debu. Debu yang ternyata merupakan suatu dunia luas bagi makhluk yang hidup diatas debu tersebut. Sebagai gajah baik hati yang setia, baik dan berdaya ingat tinggi, Horton mau membantu untuk meletakkan debu itu di tempat yang aman meskipun penghuni hutan yang lain tidak mempercayai keberadaan makhluk hidup di atas debu tersebut. Horton percaya dan Horton setia membantu.

Horton awalnya terlihat sebagai seekor gajah biasa yang tidak spesial, tidak punya kelebihan apapun selain bobot tubuhnya. Tapi ternyata kelebihannya bukan cuma di berat badan doank, tapi pada kesetiaannya dan hatinya yang putih bersih, lebih putih daripada baju putih hasil cuci Surf 12 tangan yang pasti. Horton memang berhati bersih yang tidak perlu diucek-ucek agar tetap bersih beda dengan hati kita (saya-red) yang biar diucek-ucek pake 120 tangan tetep kotor. Kadang malah udah males ngucek jadi dibiarin kotor. Horton punya kuping besar, kuping yang dapat mendengar suara-suara besar bahkan kecil. Suara sekecil suara dalam debu pun dapat terdengar. Nah, kalo saya memang tidak punya telinga besar jadi saya kadang beralasan, tidak perlu dong saya dengar suara-suara kecil macem anak kecil yang ngamen di angkot atau suara hati yang mendayu-dayu dan berulang-ulang menasehati saya agar tidak melakukan kelalaian atau pelanggaran.

Telinga saya juga tidak kuat mendengar suara yang besar-besar, macam suara orang demo minta turunin harga bahan-bahan pokok. Telinga saya ini cuman cocok dengerin lagunya Yovie-Nuno "Dia Milikku" atau Mulan Jameela "Makhluk Tuhan Paling Seksi" atau suara perut yang meronta-ronta kelaparan. Makanya perut saya sama seperti perutnya Horton. Yah, setidaknya Horton dan saya punya kesamaan fisik. Maju perut pantat mundur (Maju terus pantang mundur-red).

Dalam misinya untuk menempatkan dunia dalam debu itu ke tempat yang aman, Horton tidak pernah mundur dan menyerah. Bahkan ketika bunga tempat tangkringan debu itu jatuh ke padang bunga, Horton tetap mencari bunga itu sampai akhirnya menemukannya pada bunga yang ke 3 juta (kalau tidak salah). Dasar kartun, selalu idealis. Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menonton acara di televisi yang menayangkan pegawai-pegawai negeri sipil yang rekreasi di luar kantor pada jam kerja. Tumpukan kertas di meja para pegawai itu kan belum sampai 3 juta lembar, kok udah jalan-jalan sih padahal belum jam istirahat. Akh, masa kalah sama gajah, gajah kartun lagi.

Contoh dong saya, pantang menyerah menonton film serial tanpa putus dari season 1 sampai selesai macem Lost dan Prison Break yang diunduh secara pantang menyerah dari Rileks.
Akh mana mau saya kalah dari gajah. Saya kan juga masih seorang gajah, gajah berpendidikan tinggi lagi.


2 komentar:

  1. Ahh...
    Kemaren awa mo nonton ni pelem, tapi ga jadi. Temen awa mo nonton Earth, jadilah nonton Earth (ada gajahnya juga sih, tapi beneran gajah. Ga ada buaya-nya pasti he he he...)

    BalasHapus
  2. kata siapa Horton tidak punya keistimewaan?

    dia adalah gajah yang langsing karena suka berenang.. :D

    *at least, itulah yang dia katakan, hahaha*

    BalasHapus